Elemen Masyarakat Hingga Dewan Angkat Bicara Terkait Pembangunan Icon Tobong Gamping, Dinilai Hanya Hambur-hamburkan Uang

Wonosari, (kupass.com) — Sejumlah elemen masyarakat hingga anggota DPRD Kabupaten Gunungkidul angkat bicara terkait rencana pembangunan icon Tobong Gamping di Bundaran Siyono, Kalurahan Logandeng, Kapanewon Playen. Icon tersebut bakal menggantikan patung pengendang yang menghabiskan anggaran sebanyak Rp 9,4 miliar.

Pembangunan icon serta penataan Taman Kota Program Strategis Bupati Gunungkidul Sunaryanta ini dinilai hanya menghambur-hamburkan uang.

Komentar pedas disampaikan oleh Koordinator Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Jejaring Rakyat Mandiri (Jerami) Gunungkidul Rino Caroko. Dia menilai bahwa rencana pembangunan icon Tobong Gamping oleh Pemda tersebut menurutnya hanya akan menghambur-hamburkan uang dan tidak bermanfaat.

“Gunungkidul terkenal dengan batu putihnya, namun jangan kemudian Pemda merespon itu dengan membangun ikon bangunan Tobong Gamping. Jika ditinjau dari segi kemanfaatan jelas tidak ada. Harusnya cukup dengan memberikan apresiasi kepada pengusaha tobong gamping dengan cara mempermudah perijinan dan membantu pemasaran, hal seperti itu tentu tidak mengeluarkan banyak biaya”

Rino Caroko Selasa (12/04/2022).

Rino menilai program strategis Bupati yang akan membangun ikon yang berwujud Tobong Gamping itu merupakan hal yang terlalu berlebihan. Menurutnya saat icon itu dibangun artinya membuka peluang lebar pada para pengusaha tambang untuk beramai-ramai melakukan eksploitasi penambangan di Gunungkidul.

“Ini bahayanya, jika icon diartikan seperti itu maka bisa jadi penambangan batu akan semakin masif. Resiko terbesarnya adalah kerusakan lingkungan, saya usul jangan gegabah dalam menentukan sebuah program”.

Rino Caroko

Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Gunungkidul Muhammad Arif Darmawan memberi masukan bahwa seyogyanya Bupati harus mementingkan pembangunan skala prioritas untuk kepentingan penerapan anggaran daerah. Nominal yang tidak sedikit disebutnya bisa dialihkan untuk program pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan membangun kawasan pedagang cod yang bersih dan nyaman di setiap kecamatan, saat ini pedagang cod gunungkidul belum terfasilitasi secara baik.

“Sebab saat ini yang dibutuhkan bukan membangun “prasasti” tapi yg dibutuhkan membangun ekonomi masyarakat yang sedang terpuruk. Alangkah bijaksananya jika rencana itu ditinjau ulang, nominal angka yang tidak sedikit itu rasanya sayang jika benar-benar terealisasi ditengah lonjakan bahan bakar minyak dan kebutuhan rumah tangga lainya yang semakin mencekik”.

Muhammad Arif Darmawan Ketua PDPM Gunungkidul

Sementara itu anggota DPRD dari Fraksi PAN Suharjo mempertanyakan pesan apa yang akan disampaikan Pemda Gunungkidul jika nantinya pembangunan icon Tobong Gamping itu terealisasi. Tidak berkomentar terlalu banyak, pria yang akrab disapa Cokro itu justru menilai penggantian icon pengendang menjadi Tobong Gamping justru sangat lucu.

“Tidak ada nilai Art nya. Apa yang akan disampaikan dengan Icon Tobong Gamping itu?”

Suharjo

Andi Kartojiwo, seniman rupa dan budayawan Gunungkidul menandaskan hal serupa. Andi menilai bahwa pembangunan ikon adalah sebuah karya Monumental Publik, yang tentunya, visual bentuk yang nantinya disampaikan akan menggiring opini publik secara umum.

Tobong Gamping, menurut Andi merupakan alat pengolah batu kapur menjadi gamping, artinya itu adalah eksploitasi batu kapur. Dengan adanya icon tersebut opini publik akan terbentuk dan tergiring dalam mendukung adanya ekploitasi tambang batu di Gunungkidul.

“Tobong Gamping memang pernah menjadi usaha ekonomi yang dijalankan oleh masyarakat di Gunungkidul, tapi itu dilakukan secara tradisional. Dan saat ini pengrajin tobong tradisional mulai tidak ada, jangan sampai pembangunan ikon itu justru diartikan sebagai bentuk eksploitasi tambang dengan mesin kapasitas besar sebagai pengganti tobong tersebut”

Andi Kartojiwo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *