Kiprah Seniman Kawakan Gunungkidul, Pernah Ndalang di Amerika Dan Myanmar

Karangmojo, (kupass.com)–Sosok pria paruh baya yang dikenal dengan nama Slamet Haryadi (68) mungkin terlihat seperti warga masyarakat pada umumnya. Dibalik kesederhanaanya, warga Padukuhan Wiladeg, Kalurahan Wiladeg, Kapanewon Karangmojo itu memiliki pengaruh dan kiprah seni di Kabupaten Gunungkidul yang luar biasa.

Bapak dua anak itu pernah pentas menjadi dalang wayang beber di Negara Amerika dan Myanmar beberapa tahun lalu. Di rumahnya Slamet mendirikan sanggar yang dia namai Pangalasan. Sanggar Pangalasan tersebut telah melahirkan banyak pelaku seni berusia muda baik Dalang maupun penari.

Ditemui dirumahnya, Slamet Haryadi menceritakan bahwa dia mendirikan Sanggar Pengalasan itu pada 22 tahun yang lalu, tepatnya tahun 1999. Kini Sanggar yang dikelolanya mempunyai puluhan siswa baik pada tingkat pemula yakni PAUD dan TK, tingkat Madya SD sampai SMP serta tingkat lanjut yakni sekelas SMA.

“Melalui kesenian dan kebudayaan inilah yang dijadikan cara untuk menyatukan perbedaan. Sesuai semboyan dari Negara Indonesia Bhinneka Tuggal Ika yang artinya berbeda – beda tetapi mempunyai satu tujuan,”kata pria yang juga pengurus Pepadi Gunungkidul itu, Kamis (07/10/2021).

Pensiunan PNS itu mempunyai kiprah seni dan budaya yang tak diragukan lagi. Slamet menjadi Pendiri dan pelaku seni wayang orang Kendhalisada pada tahun 1995. Dia juga didapuk menjadi pengurus Pepadi Gunungkidul dan pengurus Dewan Kebudayaan hingga saat ini.

“Kami pernah mendapatkan prestasi dan penghargaan sebagai Duta Seni Festival Wayang se-ASEAN di Myanmar 2008 (pentas wayang beber) dan penghargaan Menteri Kebudayaan RI sebagai pelestari dan pengembangan warisan budaya tahun 2008,”tuturnya.

Tak hanya itu, Slamet yag menuasai 52 gerakan tari itu juga pernah mementaskan dalang anak siswa Sanggar Pengalasan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington DC dan NewYork Amerika Serikat pada tanggal 09 juli tahun 2015.

“Kami juga pernah memperoleh penghargaan Bupati Gunungkidul, sebagai pelestari dan pengembangan seni Pedhalangan tahun 2016 lalu, “imbuhnya.

Diakui Slamet, capaian yang direngkuhnya saat ini tidak lepas dari kerja keras dan niat tulus untuk melestarikan seni dan budaya. Dia berujar sebelumnya Slamet tidak mempunyai apa – apa, namun demikian dia mempunyai cita – cita untuk membangun sanggar Pangalasan.

“Dulu saya berjuang, wayang yang saya buat dari kardus atau menyewa di balai kalurahan,”pungkasnya.

Penulis : Wuri Wulandari dan Isnain Azizatul Janah (Mahasiswa STAIYO)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *