Bolehkah Seorang Muslim Mengucapkan Selamat Natal? Begini Penjelasan KH M Busyrowi Abdulmanan

Wonosari, (kupass.com)–
Masyarakat Indonesia selalu dihadapkan pada sebuah permasalahan klasik yakni setiap perayaan Natal. Permasalahan tersebut yakni apakah seorang muslim boleh mengucapkan Selamat Natal kepada umat Katolik dan Kristiani? Tak terkecuali di Kabupaten Gunungkidul, dimana pertanyaan itu terkadang mematik polemik, selalu ada kubu pro dan kontra setiap tahunnya. Perbedaan pendapat dan pandangan menjadi sesuatu hal yang lumrah.

Salah satu tokoh Ulama Gunungkidul KH M Busyrowi Abdulmanan menyampaikan pendapatnya tentang hal tersebut. Menurutnya pengucapan selamat Natal atau selamat hari besar agama lain, bisa merusak akidah Islam. Salah satu Anggota MUI Gunungkidul ini menyampaikan bahwa tidak mengucapkan selamat Natal kepada Umat Khatolik maupun Kristiani bukan berarti seorang umat Muslim tidak menghormati perayaan hari raya agama lain atau disebut sebagai anti Kebhinekaan.

“Karena ini masuk wilayah akidah, ketika kita mengucapkan selamat kepada peringatan itu. Ini berpotensi merusak akidah kita. Ketika seorang Muslim mengucapkan selamat Natal maka orang tersebut membenarkan ajaran agama lain,”ujar KH Busyrowi.

Namun demikian sebagai seorang Muslim, menjadi sebuah kewajiban menjaga toleransi dengan tidak mengganggu peribadatan umat lain.
Dia juga meminta masyarakat untuk memahami makna toleransi dengan benar. Menurut KH Busyrowi, bentuk toleransi adalah saling menghormati perbedaan, dan bukan mencampuradukan ajaran agama.

“Toleransi itu sepakat dan setuju di dalam masing-masing agama, sehingga ketika orang tidak mengucapkan selamat hari Natal ataupun menggunakan atribut perayaan mereka itu jangan disebut sebagai umat yang intoleran,”terangnya.

Terlepas dari pihak pro maupun yang kontra, secara pribadi KH Busyrowi menyatakan bahwa ummat Islam harus mengakui kenabian dan kerasulan Isa Al Masih bin Maryam sebagaimana pengakuan mereka kepada para nabi dan Rasul yang lain, berdasarkan atas :
Al-Qur’an surat Maryam ayat : 30-32

قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيّاً. وَجَعَلَنِي مُبَارَكاً أَيْنَ مَا كُنتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيّاً. وَبَرّاً بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّاراً شَقِيّاً

Berkata Isa:”Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil),Dia manjadikan aku nabi, dan dia menjadikan aku orang yang berbakti di mana saja aku berada, Dia memerintahkan kepadaku shalat , zakat selama aku hidup, dan berbakti kepada ibuku, Dia tidak menjadikan aku orang sombong lagi celaka.” (QS. 19:30-32)

Al-Qur’an surat al Maidah ayat : 75
مَّا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ كَانَا يَأْكُلاَنِ الطَّعَامَ انظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ الآيَاتِ ثُمَّ انظُرْ أَنَّى يُؤْفَكُونَ

“Al-Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu).” (QS. 5:75).

Kendati demikian, imbauan tersebut kata dia, bisa saja tidakk berlaku bagi pemimpin maupun pejabat negara, seperti Presiden, Gubernur ataupun Bupati. Kepemimpinan yang dimaksud yakni tidak tunggal, tidak perseorangan, dimana terdapat sekretaris dan strukturalnya, seperti Kementrian Agama dengan Binmas agama-agama lain.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *