Amalan Sunnah di Bulan Muharram Bagi Umat Islam

Wonosari, (kupass.com)–1 Muharram 1443 H jatuh pada hari ink Selasa, 10 Agustus 2021. Bulan Muharram menjadi awal perhitungan kalender tahun baru hijriyah berdasarkan peredaran bulan (Qomariyah). Al-Sanah Al-Hijriyah mulai berlaku pada masa Khalifah Umar bin Khattab ra.
Terdapat sejumlah amalan sunnah di tahun baru bagi umat Islam ini. Apa saja amalan – amalan tersebut?

Keutamaan dan Amalan – amalan Pada Bulan Muharram
Nabi Muhammad SAW menganjurkan pada umatnya agar melakukan ibadah puasa pada bulan Muharram, karena puasa pada bulan Muharram merupakan puasa yag paling utama setelah puasa wajib di bulan Ramadhan. Hal ini didasarkan pada hadits berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ (رواه الترمذى وأبو داود وابن ماجه وأحمد)

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Huraerah ia berkata: Rasulullah saw bersabda:Puasa (sunnat) yang paling utama setelah (puasa) di bulan Ramadhan adalah (puasa) pada bulan Allah yang almuharram (puasa Asyura), dan shalat sunnat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat lail”. (HR at-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad).

Hadits riwayat at-Tirmidzi , Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad di atas menunjukkan bahwa puasa sunnah yang paling utama setelah puasa wajib di bulan Ramadhan adalah puasa sunat pada bulan Muharram yang dikenal dengan puasa Asyura.

Puasa Tasu’a dan Puasa Asyura
Dikalangan para ulama terdapat perbedaan apakah yang dimaksud Asyura itu hari kesembilan atau kesepuluh pada bulan Muharram ? Ibnu Abbas berpendapat bahwa hari Asyura adalah hari kesembilan pada bulan Muharram, sedang ulama Jumhur berpendapat bahwa hari Asyura adalah hari kesepuluh pada bulan Muharram. Pendapat ini dipegangi oleh Sa’id bin al-Musayyab, al-Hasan al-Bashri, Malik, Ahmad dan Ishaq. Pendapat kedua ini diperkuat oleh az-zain al-Munir yang mengatakan bahwa kebanyak ulama berpendapat: “Asyura” adalah hari kesepuluh dari bulan Muharram dan ini sesuai dengan asal pengambil kata “Asyura”. Dari kedua pendapat tersebut, maka pendapat kedua adalah pendapat yang paling kuat (Asyura adalah hari kesepuluh), karena dalam beberapa hadits dinyatakan secara tegas bahwa puasa Asyura dilakukan pada hari kesepuluh.

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصَوْمِ عَاشُورَاءَ يَوْمُ الْعَاشِرِ (الترمذى:الصوم عن رسول الله:ماجاء عاشوراء اى يوم هو)

Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ia berkata; Rasulullah saw. Memerrintahkan puasa Asyura pada hari kesepuluh”. (HR at-Tirmidzi, Kitab ash-Shaum ‘an Rasulillah, Bab Maa Jaa Asyura ayyu yaumin hua)

Dalam kitab Tuhfah al-Ahwadzi disebutkan bahwa pelaksanaan puasa pada bulan Muharram terbagi pada tiga cara, yaitu; 1) Puasa pada hari ke-10 dengan 1 hari sebelumnya atau sesudahnya, 2) Puasa pada hari ke-9 dan ke-10, dan 3) Puasa hanya pada hari ke-10 saja. Dari ketiga cara pelaksanaan puasa pada bulan Muharram manakah cara yang paling kuat?

Beberapa hadits Nabi seperti hadits dari Aisyah yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, hadits dari Abu Huraerah yang diriwayatkan oleh Abu Dawud , at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad menjelaskan tentang keutamaan puasa Asyura dan sebab disyariatkannya.

Adapun puasa Tasu’a dijelaskan dalam beberapa hadits diantaranya;

Hadits riwayat Ibnu Abbas
قَالَ: حِيْنَ صَامَ رَسُوْلُ اللهِ صلعم يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ، قَالُوْا: يَارَسُوْلَ اللهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُوْدُ وَالنَصَارَى، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلعم :”فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ، فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُوْلُ اللهْ صلعم (رواه مسلم وأبو داود)

Artinya:”Dari ibnu Abbas ra. Ia berkata: Ketika Rasulullah SAW. berpuasa pada hari Asyura dan menyuruh para Shahabatnya juga berpuasa, maka mereka berkata: Wahai Rasulullah SAW. hari Asyura itu hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nashrani. Maka Rasululllah SAW. bersabda; Kalau demikian, Insya Allah tahun depan kita berpuasa pada hari yang kesembilan”. (HR. Muslim dan Abu Dawud)”.

Hadits riwayat Ibnu Abbas
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَئِنْ بَقِيتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُومَنَّ الْيَوْمَ التَّاسِعَ

(إبن ماجه:الصيام:صيام يوم عاشوراء)

Artinya: Ia (Ibnu Abbas berkata); Rasulullah saw bersabda: Seandainya aku (Rasulullah) masih hidup sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada hari kesembilan”. (HR Ibnu Majah, Kitab ash-Shiyam, Bab Shiyam yaumi Asyura)

Kedua hadits tersebut menjelaskan bahwa Nabi telah berniat untuk melakukan puasa pada hari kesembilan meskipun sampai akhir hanyatnya tidak bisa terlaksana.

Dari beberapa hadits yang menjelaskan tentang puasa Asyura dan Tasu’a dapat disimpulkan bahwa puasa Asyura sebaiknya dilaksanakan sesudah puasa Tasu’a, karena Nabi Muhammad saw telah melakukan puasa Asyura pada hari kesepuluh dan beliaupun telah berniat puasa pada hari kesembilan, dan inilah pendapat (cara) yang paling kuat. Imam an-Nawawi berkata: Adapun sebab disunatkannya puasa Tasu’a bersama-sama dengan puasa Asyura adalah agar tidak menyamai puasanya orang Yahudi, seperti yang ditegaskan dalam hadits riwayat Ibnu Abbas

Karena secara umum, orang muslim dilarang melakukan perbuatan yang menyerupai orang non Muslim (Yahudi, Nashrani dan lainnya) dalam perbuatan yang bersifat ibadah.

Adapun keutamaan puasa Asyura pada bulan Muharram itu, dijelaskab oleh beberapa hadis di antaranya sebagai berikut:

1.Puasa Asyura merupakan salah satu dari empat perkara yang tidak pernah ditinggalkan oleh Nabi SAW.

عَنْ حَفْصَةَ قَالَتْ: أَرْبَعٌ لَمْ يَكُنْ يَدَعُهُنَّ النَّبِيُّ صلعم صِيَامَ عَاشُوْرَاءَ وَالْعَشْرَ وَثَلاَثَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ (رواه أحمد والنسائى)

Artinya: Dari Hafshoh ia berkata: Ada empat perkara yang tidak pernah ditinggalkan oleh Nabi SAW. yaitu:puasa “Asyura tanggal 10 dan puasa tiga hari setiap bulan serta shalat dua roka’at sebelum shubuh”. (HR.Ahmad dan an-Nasai).

2.Puasa Asyura mempunyai keutamaan dapat menghapus dosa tahun yang lalu

عَنْ أَبِي قّتَادَةَ رضي الله عنه قَالَ: سُئِلَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلعم عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ، فَقَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ والْبَقِيَةَ، وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ عَاشُوْرَاءَ فَقَالَ:يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ (رواه الجماعة إلا البخارى والترمذى)

Artinya: Dari Qotadah ra. Ia berkata:Rasulullah SAW. pernah ditanya tentang puasa pada hari Arafah, beliau menjawab:Puasa pada hari Arafah dapat menghapus dosa tahun lalu dan tahun yang akan datang. Dan beliau ditanya lagi tentang puasa Asyura, maka beliau menjawab: Puasa Asyura dapat menghapus dosa yang lalu”. (HR. al-Jama’ah, kecuali al-Bukhori dan at-tirmidzi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *