Seniman Muda Berbakat, Karyanya Diarsipkan di Pemerintah Kalurahan

Tanjungsari, (kupass.com)–Darah seni itu mengalir di tubuh Ari Sandi, warga Padukuhan Ngasem, Kalurahan Kemadang, Kapanewon Tanjungsari. Bakatnya menjadi seorang seniman dapat dilihat dari kepiawaiannya melukis dan memainkan wayang kulit (mendalang).

Pria berusia 33 tahun itu berprofesi sebagai Tenaga Harian Lepas (THL) penjaga Pos Retribusi Baron.
Seniman muda tersebut mempunyai banyak karya, salah satunya adalah sebuah buku yang dia tulis berjudul “sinerat Lampahing Bumi Kemadang”.

Bahkan buku hasil karyanya itu menjadi arsip Pemerintah Kalurahan Kemadang. Tak hanya itu, sejumlah lukisan hasil goresan kanvasnya juga tersimpan disana.

Kakek buyut Ari diketahui merupakan seorang dalang dan pelaku seni. Darah keturunan itu membuatnya mengasah potensi seni dengan masuk ke dunia pewayangan dan meneruskan kiprah sang kakek.

“Belajar dalang itu ya cuman otodidak. Karena dari dulu sering denger cerita – cerita wayang, sering nonton pertunjukan juga sering sowan ke beberapa dalang senior. Seperti itu, ya proses alami saja,”katanya, Senin (11/10/2021).

“Seperti yang saya pegang ini, namanya bolo Dewo Kakak dari Krisna. Dia punya watak tempramen namun juga jujur, kalo A dia bilang A kalo B ya B,”kata Ari sembari menunjukan tokoh wayang.

Secara rinci Ari mengatakan bahwa setiap tokoh wayang itu mempunyai karakternya masing – masing. Contoh tokoh Bolodewo yang merupakan tokoh karakter berprinsip kuat. Menurutnya dalam budaya Jawa banyak hal yang perlu dipelajari. Pemuda yang mengawali masuk seni dibidang karawitan ini juga mengungkapkan bahwa sebenarnya cerita wayang itu tidak kalah romantis dibanding dengan drama Korea.

“Banyak cerita wayang yang kemudian diadobsi menjadi Cerita romantis. Seperti halnya drama korea yanh digandrungi anak muda jaman sekarang. Bila dilihat saat ini banyak anak muda yang lebih tertarik dengan K-Pop, atau apapun yang berbau budaya barat itu,”imbuhnya.

Fenomena tersebut dikatakan Ari semata – mata bukan salah para anak muda. Namun demikian dia menegaskan bahwa memang diberbagai media itu disajikan bukan tentang seni.

“Melihat dari gaya panggung Dalang Ki Seno Nugroho yang cenderung santai mungkin akan lebih mudah ditanggap oleh anak muda sekarang,”imbuhnya.

Menurutnya gaya bahasa menjadi kendala dalam menyampaikan seni dan budaya. Ari juga berpesan kepada generasi milenial agar tidak meninggalkan apalagi melupakan budaya lokal.

“Karna budaya bukan hanya seputar seni tapi juga tatakrama, unggah – ungguh. Kita hidup di nergara Indonesia, jadi orang Yogyakarta yang terkenal halus dalam bahasa dan tutur katanya. Itu jangan sampai luntur,”ungkapnya.

Penulis : Anifah Sri Noor khasanah dan Sri Margianti
(Mahasiswa Staiyo Yogyakarta)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *