Wonosari (kupass.com). Kelelawar sayapnya hitam, terbang tinggi ditengah malam. Lirik lagu yang akrab ditelinga anak-anak tahun 90an ini mengisahkan tentang hewan malam yakni kelelawar. Di Indonesia sendiri ternyata ada berbagai macam spesies kelelawar yang tersebar di beberapa pulau, termasuk di Pulau Jawa, khususnya wilayah Gunungkidul.
Kabupaten Gunungkidul memiliki kontur geografis yang sangat cocok dengan habitat kelelawar seperti gua-gua di pegunungan, gua Karst ataupun tebing-tebing curam di tepi pantai. Oleh karena itu kabupaten Gunungkidul menjadi salah satu wilayah dengan sebaran habitat kelelawar yang cukup banyak.

Banyak orang beranggapan bahwa kelelawar adalah binatang yang menakutkan karena keluar dimalam hari dan bersembunyi disiang hari, selain itu kelelawar juga identik dengan hewan yang bergigi taring, menyeramkan serta menghisap darah mangsanya.
Itu tidak sepenuhnya benar ataupun salah tetapi memang ada jenis kelelawar yang menghisap darah dan itu hanya ditemukan di Amerika Selatan. Untuk di Gunungkidul sendiri, kelelawar yang menghuni area ini adalah kelelawar pemakan serangga dan penghisap getah pohon.
Dengan kehidupan kelelawar yang sangat menarik dan belum banyak diketahui masyarakat inilah, Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kabupaten Gunungkidul melalui program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial menghadirkan ahli kelelawar untuk berbagi infomasi dengan masyarakat.

Seminar dengan tema,”Mengenal Lebih Dekat Kelelawar” digelar di aula Dispussip lantai 3 pada hari Selasa, 29 Oktober 2024 dengan dibuka oleh kepala Dinas, Bapak Kisworo, S.Pd, M.Pd dan narasumber Edi Dwi Atmaja, S.Si, M.Psi dari Save Rescue Indonesia serta Fauzan Risky Pamungkas, S.Si dari MentorBat Indonesia.
Dalam sambutannya, Kisworo mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan peran pesrpustakaan dalam memberdayakan masyarakat dengan memberikan kegiatan yang bersifat informatif. Kisworo juga berharap, kegiatan semacam ini akan diikuti oleh perpustakaan-perpustakaan kelurahan yang jumlahnya mencapai lebih dari 144 unit. Selain itu juga dapat dilakukan oleh perpustakaan di satuan-satuan pendidikan.
“Kegiatan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial ini akan terus dilalukan dengan menggandeng berbagai pihak, dalam hal ini perpustakaan akan menjadi wadah bagi masyarakat untuk mengembangkan diri, membangun komunitas yang produktif dan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang lain. Dan kegiatan kali ini kami mengundang salah satu ahli kelelawar yang baru ada 4 diseluruh Indonesia”, terang Kisworo.
Di Gunungkidul saat ini habitat kelelawar masih belum banyak mendapat perhatian khusus, terlebih lagi dengan adanya kegiatan penambangan yang masif menyebabkan ruang hidup kelelawar semakin terancam.
Tidak banyak yang tahu bahwa kelelawar merupakan hewan penyerbuk utama untuk tanaman buah Duren dan Pete. Selain itu kotoran kelelawar mengandung fosfat yang tinggi dan sangat baik digunakan sebagai pupuk tanaman.
Kelelawar menduduki peringkat kedua dalam rantai makanan, predator kelelawar sendiri adalah burung Elang Bondol, Ular dan manusia. Saat ini perburuan kelelawar untuk dikonsumsi manusiapun mengalami peningkatan, hal ini menjadi kabar yang kurang baik mengingat kelelawar merupakan salah satu penjaga keseimbangan ekosistem di alam.
Banyak yang mengira kalau kelelawar tidak keluar pada siang hari karena matanya yang rentan terhadap cahaya, ternyata ada alasan yang lebih menakutkan, sayap kelelawar jika terpapar cahaya matahari dalam waktu lama akan mengering dan sobek hingga akhirnya kelelawar akan mati.
Sebagai mahkluk nokturnal, kelelawar ternyata memiliki jam-jam khusus saat keluar dari sarangnya, biasanya mereka akan memulai aktivitasnya di jam 7 malam dan kembali ke sarangnya pada pukul 2 pagi. Kelelawar memiliki indra penciuman yang tajam serta daya jelajah yang cukup jauh hingga mencapai 40 hingga 60 kilometer dari sarangnya.
Mari bersama-sama menjaga kelestarian alam dan saling menghormati sebagai sesama penduduk bumi. Menjaga habitat hewan dan lingkungan sekitar, memberikan ruang hidup yang nyaman bagi semua mahkluk Tuhan.

Nanishuka pegiat literasi dan penikmat sejarah. Menyukai traveling dan ketertarikan pada dunia inklusif
Tinggalkan komentar