Kalurahan Ini Banyak Kasus Stunting, Penyebabnya Asap Rokok Dan Kurang Gizi

Gunungkidul, (kupass.com)–Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melakukan Road Show, Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana dan Percepatan Stunting. Kegiatan yang digelar dalam rangka Hari Ibu Tahun 2023 dihadiri Kepala BKKBN RI Hasto Wardoyo.

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Andi Ritamariani mengatakan, Kalurahan Pacarejo dipilih sebagai lokasi kegiatan karena merupakan lokasi penanganan khusus (lokus) stunting di Gunungkidul.

“Berdasarkan data wilayah ini (Pacarejo) masih terdapat 104 kasus stunting dan menjadi wilayah tertinggi di Gunungkidul,” kata Andi dalam sambutanya, Jumat (17/11/2023).

Pihaknya juga mengatakan, kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan sikap terhadap progam bangga kencana melalui komitmen lintas sektoral di Gunungkidul. Diharapkan program ini akan dapat menurunkan stunting diangka 14 persen pada 2024 mendatang.

“Beberapa hal penting penyebab stunting diantaranya pola asuh, asap rokok, kuranganya asupan gizi, kehamilan tidak diinginkan dan sarana air bersih,” paparnya.

Kepala BKKBN RI Hasto Wardoyo mengatakan berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), prevelensi stunting DIY, kasus tertinggi berada di Kabupaten Gunungkidul mencapai 23,5 persen. Pihaknya optimistis upaya menurunkan stunting bisa mencapai target 14 persen pada 2024.

Yang menjadi kunci adalah tingginya angka nikah usia dini di Gunungkidul. Sehingga fokus kita adalah pencegahan. Lebih baik kita cegah dari pada mengobati,” papar Hasto.

Dalam sambutanya ketua pelaksana tim percepatan stuting nasional itu juga menyoroti beberapa hal diantaranya masih kurangnya air minum di Girisubo dan Tepus. Jamban tidak layak di Semanu dan Gedangsari dan rumah tidak layak huni di Saptosari.

“Tapi kami optimis bersama 1068 pendamping keluarga yang ada di Gunungkidul ini serta program pak bupati, stunting dapat diturunkan sesuai dengan target,”katanya.

Staf khusus Wakil Presiden, Gatot Priyo Utomo mengatakan, stunting merupakan isu peradaban. Penanganan saat ini akan menentukan masa depan Indonesia 18 tahun mendatang. Terwujudnya generasi emas salah satunya dari keberhasilan percepatan penanggulangan stunting.

“Program ini tidak lepas dari kerja keras tim pendamping keluarga (TPK) yang terdiri atas tiga unsur yakni bidan, penggerak PKK, dan kader KB. Posisi TPK ada di tingkat desa dan diorientasi setiap tahunnya,”paparnya.

Bupati Gunungkidul, Sunaryanta mengatakan ada banyak faktor penyebab stunting di Gunungkidul diantaranya pola masyarakat, faktor pendidikan, ekonomi dan kebudayaan. Hal ini dapat diminimalisir dengan intervensi Sumber Daya Manusia ( SDM).

“Pembangunan SDM ini menjadi super prioritas yang terus kita genjot,”kata Bupati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *