Wonosari (kupass.com). Ada yang baru di Gunungkidul, sebuah icon yang menandai salah satu sudut jalan utama menuju kota Wonosari.
Ya, Tugu Tobong. Sebuah bangunan dari bebatuan gamping yang memang banyak dijumpai di Gunungkidul. Tugu yang berdiri di bundaran Siyono ini menggantikan bangunan sebelumnya yang berbentuk Wiyaga yang sedang menabuh kendang (Pengendang).
Tugu Tobong sendiri mulai dibangun pada tahun 2022, penataan kawasan ini dibuat menyerupai pedestrian Malioboro lengkap dengan tempat duduk dan lampu-lampu yang terpasang di kanan kiri jalan.
Pedagang yang menggelar lapaknya di trotoar juga akan dilakukan penataan sehingga akses pejalan kaki betul-betul diutamakan. Trotoar yang direvitalisasi saat ini juga mengakomodasi kawan difabel dengan jalur khusus.
Pada awal pembangunannya yang menelan hampir 9 miliar, kawasan Tugu Tobong sempat mendapat kritik tajam dan penolakan dari beberapa lapisan masyarakat. Salah satunya adalah Salim, menurutnya pembangunan Tugu Tobong tersebut secara filosofis justru sebuah kemunduran, karena saat ini tobong sendiri sudah tidak ada di Gunungkidul.
Pengolahan batu gamping yang masih ada saat ini sudah menggunakan mesin-mesin yang lebih modern, selain itu izin penambangan batu gamping di Gunungkidul sendiri adalah hal yang tidak mudah didapatkan. Hal ini menurut Salim adalah sesuatu yang bertolak belakang.
“Kenapa tidak dibangun sesuatu yang merupakan komoditas unggulan, patung ikan misalnya, Gunungkidul ini memiliki garis pantai yang sangat banyak tentu saja salah satu unggulannya adalah hasil ikan yang melimpah dan olahan ikan yang beragam” ungkap Salim. (04/05/2024).
Salim sendiri sebenarnya setuju dengan pembangunan dan revitalisasi bundaran Siyono karena sebagai teras menuju kota Wonosari, bundaran Siyono memang layak untuk mendapat sentuhan lebih, tetapi pemilihan landmarknya yang menurut Salim menjadi agak unik karena Tugu Tbonb sendiri saat ini sudah tidak ada lagi di Gunungkidul.
Selain itu nampak ramai di media sosial, warga Gunungkidul beradu argumen tentang Tugu Tobong, beberapa mengatakan bahwa pembangunan jalan lebih penting, ada pula yang berpendapat bahwa icon sebelumnya lebih sesuai dan lain-lain.
Penataan kota tentu akan terus memunculkan beragam respon dari masyarakat, hal ini terjadi karena masyarakat peduli dan ingin berpartisipasi dalam setiap proses pembangunan kota mereka. Aspirasi masyarakat menjadi bagian yang penting dalam perjalanan pembangunan karena tujuan dari pembangunan itu sendiri pada akhirnya akan bermuara pada kenyamanan dan kesejahteraan masyarakat.
Terlepas dari polemik yang muncul, saat ini kawasan bundaran Siyono dengan Tugu Tobonbny telah menjelma me jadi sebuah pedestrian yang nyaman baik bagi pejalan kaki maupun bagi pedagang, penataan pedagang yang berjualan dimalam hari digelar ke dalam lahan parkir gedung serba guna dan menjadi salah satu spot kuliner malam favorit masyarakat.
Nanishuka pegiat literasi dan penikmat sejarah. Menyukai traveling dan ketertarikan pada dunia inklusif
Tinggalkan komentar