Sudah Ada Sejak Zaman VOC, Pokdarwis Panen Kopi Gunung Gambar

Fajar Risdiyanto

0 Comment

Link
12D24350 E18F 4FE2 916F C8F4D0513DF7

Ngawen, (kupass.com)—Masyarakat melalalui Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di wilayah wisata Gunung Gambar yang berada di Kalurahan Kampung, Kapanewon Ngawen melaksanakan panen kopi, (Sabtu (05/07/2025). Menurut catatan sejarah, jenis Kopi yang dipanen ini diketahui telah ada sejak zaman VOC (Penjajahan).

Ketua Pokdarwis Desa Wisata Kampung Ngawen Wagino mengungkapkan bahwa Kopi yang ditanam di lahan seluas 3 hektar ini mampu dipanen sepanjang tahun dengan produksi tahunan mencapai sekitar satu ton. Panen kali ini Pokdarwis memetik hasil sebanyak 30 kilogram kopi. Kopi ini juga disuplai ke sejumlah kafe di wilayah Gunungkidul.

“Gunung Gambar memiliki nilai sejarah yang sangat kuat, tetapi kami sadar anak-anak muda dan wisatawan milenial perlu daya tarik lain. Karena itu kami kembangkan kopi ini,”kata Wagino.

Kopi Gunung Gambar sendiri punya jejak sejarah panjang, yang menurut catatan di Perpustakaan Mangkunegaran, tanaman kopi di kawasan itu sudah ada sejak zaman VOC. Seiring berjalannya waktu, kelompok tani setempat dibantu KKN Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk menghidupkan kembali budidaya kopi sebagai daya tarik wisata.

Diakui Wagino bahwa saat ini masih ada sejumlah tantangan dalam pengembangan usaha kopi di kawasan Gunung Gambar, di antaranya keterbatasan lahan dan akses air.

“Permintaan pasar banyak, tetapi lahannya masih kurang. Kami mulai mengembangkan dari kebun ke pekarangan rumah warga. Kalau ada izin pembukaan lahan, mungkin bisa lebih luas,”imbuhnya.

Bupati Gunungkidul Endah Subekti Kuntariningsih yang hadir dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa kawasan Gunung Gambar perlu dikembangkan agar mempunyai daya tarik lain yang lebih luas.

“Bagaimana caranya agar Kalurahan Kampung punya salah satu obyek wisata yang mampu mendatangkan investor dan wisatawan, sehingga masyarakat bisa tumbuh dan berkembang secara ekonomi. Karena itu, semua tokoh dan teman-teman dari fakultas pertanian harus berkolaborasi,”ujarnya.

Potensi kopi Gunung Gambar bisa menjadi ikon baru. Kopi dapat diolah menjadi produk instan atau dikemas sebagai wisata edukasi petik kopi.

“Jangan hanya wisata religi tanpa ada yang menarik lain. Kita buat brand baru, misalnya kafe, karena kopi tidak akan basi dan saat ada tamu tinggal diseduh. Dari situ bisnis bisa berkembang,” jelas Endah.

Endah berpesan agar semangat kolaborasi terus dijaga, termasuk dengan perguruan tinggi dan pemerintah daerah. Dia menyebut sudah menyiapkan bibit kelapa hibrida untuk 3 hektar lahan agar ke depan kawasan ini makin beragam dalam komoditas pertanian.

“Setiap akhir pekan rata-rata 25 ribu wisatawan datang ke pantai,nah ini harus kita dukung, supaya wisata di Gunungkidul tumbuh, kita harus siapkan semua aspek, dari potensi wisata di masing-masing kapanewon, infrastruktur, hingga fasilitas di tempat wisata,termasuk penambahan bibit kelapa ini” lanjutnya.

Dalam kesempatan tang sama Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Rismiyadi mendukung penuh pengembangan kopi di kawasan Gunung Gambar. Selain menyiapkan 330 bibit kelapa berikut pupuk organik yang akan datang pada Oktober-Desember mendatang, dinas juga akan memperkuat pendampingan terkait pengendalian hama tanaman.

“Kami juga sudah memetakan kebutuhan air. Sebenarnya sudah dianggarkan pembuatan sumur bor, tetapi tahun ini tertunda karena efisiensi anggaran. Ini sedang kita perjuangkan agar tahun depan bisa terealisasi,” ujarnya.

Tags:

Share:

Related Post

Tinggalkan komentar