Wonosari, (kupass.com) — Kawasan kota Wonosari baru-baru ini nampak berbeda. Sejumlah ruas jalan KH Agus Salim, Brigjen Katamso dan jalan Veteran sampai perempatan Puspenmas Kepek nampak bernuansa layaknya Negara Jepang lantaran ada Bunga Tabebuya atau bernama latin Handroanthus chrysotrichus bermekaran.
Sekilas Bunga Tabebuya ini memiliki ciri-ciri yang mirip dengan bunga Sakura yang ada di Jepang. Kelopaknya berwarna kuning, putih, dan merah muda tumbuh bergerombol. Lantaran keindahannya ini membuat warga masyarakat mengabadikan hingga membuat vidio untuk diupload di media sosial Facebook maupun Tiktok.
Pohon bunga Tabebuya daunnya tidak mudah rontok, akarnya tidak merusak bangunan walaupun keras. Oleh karenanya Tabebuya menjadi salah satu pilihan untuk perindang di halaman rumah.
Tabebuya yang memiliki nama latin “Handroanthus Chrysotrichus” ini biasanya berwarna kuning, putih atau ungu mendekati merah muda. Namun sayangnya bunga-bunga Tabebuya akan rontok dalam 3 sampai 4 hari.
Tabebuya sendiri memiliki makna yang yang indah. Secara filosofis Tabebuya dapat diartikan sebagai harapan dan perubahan. Tabebuya akan bermekaran biasanya pada bulan April dan September atau Oktober.
Tabebuya dapat tumbuh hingga 10 meter tingginya. Meskipun pohon bunga Tabebuya tergolong baru di Indonesia, namun keberadaannya langsung membuat jatuh cinta para penggemar bunga-bungaan.
Pohon bunga Tabebuya banyak ditemukan di jalan-jalan protokol berbagai kota di Indonesia seperti Jakarta dan Bandung. Di Wonosari sendiri pohon bunga Tabebuya digunakan sebagai perindang dan sarana penghijauan.
Kepala UPT Kebersihan dan Pertamanan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Gunungkidul Heri Kuswantoro mengatakan bahwa pohon Tabebuya yang tengah bermekaran tersebut ditanam pada 2017
“Penanaman pohon ini disengaja untuk tujuan perbaikan lingkungan dan mempercantik wajah kota,”ujarnya.
Dia mengatakan, pohon Tabebuya yang ditanam berjumlah sekitar 200 pohon. Penanaman disebar di sejumlah lokasi di antaranya di Jalan Veteran, Agus Salim, Jalan Brigjend Katamso. Serta, ada juga yang ditanam di Taman Kota, dan ranah terbuka hijau, dan di sekitar TPA Wukirsari.
“Pohon Tabebuya yang ditanam jenis adanya tiga dilihat dari warna bunganya. Ada yang kuning, merah muda, dan putih. Kalau berbunga seperti ini tampak jelas kalau tidak berbunga membedakan yang warna merah mudah dan putih sulit karena mirip sekali,”ucapnya.
Mekarnya bunga Tabebuya memang biasa terjadi setiap akhir September atau memasuki awal Oktober. Biasanya bunga yang bermekaran tersebut tidak bertahan lama , hanya sekitar 2-3 hari kemudian gugur atau jatuh.
“Bermekarannya memang setiap akhir September atau awal Oktober seperti ini, biasanya bermekaran-nya tidak lama itu palingan cuma berapa hari langsung gugur,”ujarnya.
Menariknya Ketika kami mencoba share ke Sosial Media X, ada pemlik Akun @MeremBablas yang menyebut Wonosari dengan istilah WONOSAKA <3
Nanishuka pegiat literasi dan penikmat sejarah. Menyukai traveling dan ketertarikan pada dunia inklusif
Tinggalkan komentar