Sering Dicemooh Orang, Sardiyono Hidup Sebatangkara Di Gubug Seperti Kandang Ayam

Purwosari, (kupass.com)– Sardiyono Hidup Sebatangkara Di Gubug; Sardiyono, warga Padukuhan Wuni, Kalurahan Giricahyo menjalani kehidupan yang kurang beruntung. Pria paruh baya itu hidup sebatangkara di sebuah gubuk kecil yang berada di pinggir jalan.

Tidak ada barang yang terlihat berharga di dalam rumah kecil seperti kandang ayam berukuran 3 x 2,5 meter itu. Bahkan untuk tidur pun Sardi sapaan akrab pria itu hanya beralaskan busa tempat tidur bekas.

Saat malam tiba, kondisi gelap diterangi oleh satu lampu minyak yang terpasang di dinding kayu reot itu. Rumah kecil yang ditinggali oleh Sardi selama dua setengah tahun tersebut memang tidak ada penerangan listrik.

Saat kupass.com menyambangi rumahnya, Sardiyono bercerita dalam beberapa tahun belakangan dirinya hidup sebatangkara. Sebelumnya dia memang mempunyai keluarga, namun karena ada permasalahan Sardi akhirnya berpisah dengan istrinya yang berada di Kepanewon Ngawen.

“Saya harus bagaimana lagi mungkin ini nasib saya yang setiap hari dilihat orang sebelah mata. Saya sering dihina kalau kondisi rumah yang saya tempati hanya menggotori lingkungan karena dirasanya seperti kandang ayam,”kata Sardiyono lirih, Minggu (13/09/2020).

Sambil meratapi nasibnya dengan wajah yang sedih Sardiyono menceritakan, betapa sakit dan malunya hidup setiap hari dicemooh oleh tetangga sekitar. Kondisi hidupnya yang serba kekurangan, bahkan hinaan sering dia dapatkan dari orang lain.

“Yang menjadikan saya tetap kuat rumah yang saya tempati itu berada ditanah milik saya sendiri, tidak menumpang ditanah orang lain atau saudara,”terangnya.

Dalam keseharianya, Sardiyono bekerja serabutan dan buruh harian lepas. Namum jika tidak ads orang yang membutuhkan tenaganya, dia hanya berkebun menanam tanaman sayuran yang dia gunakan untuk bertahan hidup.
Sementara untuk kebutuhan MCK dia hanya bisa menumpang di kamar mandi Masjid terdekat atau sekolahan yang tak jauh dari lokasi.

“Saya juga masih hidup normal dan bermasyarakat layaknya orang pada umumnya,”imbuhnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *