Jawab Kegalauan Guru, Pokja 12 MKKS Gelar Workshop Kurikulum Merdeka

Rongkop, (kupass.com)–Menjawab kegalauan Kepala Sekolah dan Guru di sejumlah sekolah Kapanewon Rongkop dan Girisubo, Kelompok Kerja 12 Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) melaksanakan Workshop tentang implementasi kurikulum Merdeka. Kegiatan ini disebut sebagai upaya kesiapan Guru dalam persiapan kegiatan belajar mengajar pergantian kurikulum 13 yang berubah ke kurikulum Merdeka.

Ketua Pokja 12 MKKS Rongkop-Girisubo Dalno Legowo mengatakan bahwa kegiatan Workshop dengan tema Memerdekakan akan Anak Indonesia Dengan Merdeka Belajar ini diikuti 70 Guru dan Kepala Sekolah. Menurutnya setelah seringkali mengadakan pertemuan dan koordinasi MKKS berinisiatif untuk mengadakan workshop ini.

“Kurikulum Merdeka memang secara efektif bakal diberlakukan secara nasional pada tahun 2024 mendatang. Namun Dinas Pendidikan sendiri berkomitmen bahwa tahun ini sudah dimulai sehingga nantinya Guru saat menerapkan Kurikulum ini tidak gagap,”katanya.

Dalam pelaksanaannya, sejumlah Guru dan Kepala Sekolah yang berada di Rongkop-Girisubo nantinya akan mendapat pelatihan khusus tata cara penerapan Kurikulum Merdeka. Pokja sendiri bakal mendatangkan narasumber Kepala Sekolah maupun tenaga pendidik dari sekolah penggerak.

“Di Gunungkidul sendiri sekolah penggerak yakni SMP N 1 Purwosari, SMP N 4 Patuk,
SMP N1 Tepus dan SMP Muhammadiyah Al Mujahidin,”kata Dalno.

Secara terperinci Dalno menjelaskan mengenai kurikulum Merdeka ini lahir lantaran dampak pandemi Covid-19. Pandemi yang terjadi sekian tahun membuat siswa kehilangan kesempatan untuk belajar secara efektif.

“Kurikulum Merdeka yang ditawarkan salah satu cara mengatasi problem yang timbul. Selain itu kurikulum ini menekankan pada substansinya sehingga pembelajaran di kelas orientasi fokusnya siswa pada bakat kemampuan,”kata dia.

Dalno sebagai Ketua Pokja sekaligus Kepala Sekolah SMP 1 Rongkop mengaku antusiasme para guru untuk mengikuti kegiatan ini sangat tinggi. Sebelumnya panitia hanya mentargetkan 40 peserta, namun demikian pendaftar Wokeshop ini justru dua kali lipat.

“Teman-teman guru ini menyambut baik. Semula diterapkan di sekolah penggerak (Kurikulum Merdeka), namun kemudian menjadi kebijakan dan diterpkan diseluruh Indonesia,”tuturnya.

Dia berharap kegiatan yang dimulai pertama kali di Gunungkidul ini diharapkan menjawab kegalauan guru yang masih gagap dalam implementasi Kurikulum Merdeka.

“Dalam pelaksanaannya memang sekolah terkendala sarana prasarana, buku baru. Hal ini memang dikembalikan pada penganggaran,”pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *