Bocah Asal Girisubo Raih Medali Emas Dalam Ajang International Invention Competition for Young Moslem Scientist 2021

Girisubo, (kupass.com)–Bocah asal Padukuhan Pelem, Kalurahan Jepitu, Kapanewon Girisubo bernama Rafif Alvaro Bellvania
berhasil meraih medali emas dalam ajang kompetisi International Invention Competition for Young Moslem Scientist (IICYMS) 2021. Rafif menggondol medali emas itu pada kategori Life Science Elementary.

Bocah berusia 9 tahun ini mengikuti kompetisi Internasional yang diselenggarakan oleh Indonesian Young Scientist Assosiation (IYSA) pada tanggal 1 – 4 Juli 2021 lalu. Sejumlah tim dari berbagai negara ikut dalam kompetisi yang dilaksanakan secara daring (online) itu.

Suyitno selaku orang tua dari Rafif mengaku tak bisa menyembunyikan rasa bangganya. Dia mengatakan bahwa Rafif mengikuti kompetisi dengan kategori mulai dari anak SD hingga Perguruan Tinggi.

“Anak kami dalam ajang ini membuat judul yang di buat NOMI-NUT (Noni As Mice Pesticide For Peanut Plant) atau sebuah obat pengusir tikus untuk tanaman kacang,”kata Suyitno, Sabtu, (31/07/2021).

Judul ini dilatar belakangi oleh banyaknya hama tikus di Kabupaten Gunungkidul. Tidak sedikit dari petani di Gunungkidul yang menanam kacang tanah dan gagal panen lantaran diserbu hewan pengerat itu. Atas keprihatinan tersebut bocah yang masih duduk di kelas 4 SD itu kemudian berinisiatif membuat semprot hama yang dibuat dari buah Mengkudu.

“Cara pembuatannya adalah dengan memblender buah mengkudu dengan takaran tertentu. Hasil blender dibuat dalam pestisida (obat cair). Hasil cairan tersebut telah diujicobakan kepada tikus putih yang telah di kondisikan dengan eksperimen,”terangnya.

Lanjut Sutitno, dalam menjelaskan saat ikut kompetisi daring Rafif membeberkan eksperimen ini telah dilakukan selama 2 bulan mulai Mei hingga Juni 2021. Dari hasil tersebut, ternyata kacang yang telah diberikan semprot buah mengkudu memberikan efek pada tikus yang tidak mau makan kacang yang telah di hidangkan.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa semprot obat tersebut berhasil mengurangi daya konsumsi tikus terhadap kacang.

“Selain mendapatkan medali emas, karya anak kami juga mendapatkan penghargaan special yang berupa Macedonia special award,”terangnya.

Suyitno yang berprofesi sebagai dosen ini mengakui bakat anaknya terlihat sejak kecil. Kegemaran dalam bidang sains Rafif, membuat orang tuanya mendorong dan mendukungnya untuk mengikuti loma – lomba di bidang sains lain.

“Dari kecil dia sudah sering membuat mainan tradisional sederhana. Alhamdulillah ikut bangga dan semoga kegemaran dalam sains dapat di tingkatkan untuk mengikuti kegiatan lomba sains lainnya,”pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *