Kibarkan Bendera Putih, Pengusaha Wisata Ngaku Peyok Gegara PPKM

Tepus, (kupass.com)–Sejumlah pelaku wisata di kawasan Kapanewon Tepus dan Tanjungsari mengaku kelimpungan akibat dampak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 oleh Pemerintah. Keterpurukan atas kebijakan Pemda menutup kawasan wisata membuat para pelaku wisata putus asa dan mengibarkan bendera putih.

Seperti yang dilakukan oleh pelaku wisata di kawasan Pantai Indrayanti Kapanewon Tepus.
Sejumlah pemilik restoran dan hotel mengibarkan bendera putih sebagai simbol keterpurukan dan keprihatinan bersama akibat dampak PPKM.

Salah satu pengusaha restoran Arif Rahman mengatakan bahwa, usaha yang dibukanya semakin hari mengalami keterpurukan. Bahkan dia terpaksa menjual sejumlah aset miliknya untuk bertahan hidup. Dia menilai Pemerintah dinilainya tidak pernah memberikan solusi kepada para pelaku wisata yang terkena dampak PPKM Level 4.

Menurutnya sudah 2 tahun ini para pelaku wisata merasakan dampak pandemi yang begitu luar biasa. Omset mereka mengalami penurunan seiring dengan turunnya jumlah wisatawan. Kondisi tersebut diperparah lagi dengan adanya PPKM darurat ataupun PPKM level 3 dan 4.

“Awalnya kita berusaha untuk tidak melakukan pemecatan terhadap para karyawan. Tetapi lama – lama peyok juga,”keluh Arif, Minggu (01/08/2021).

Selama 2 tahun pandemi Covid-19
berlangsung pihaknya masih terus berusaha bertahan dengan melakukan beberapa efisiensi. Arif terpaksa memberlakukan sistem shift terhadap para karyawan yang bekerja di restoran miliknya.
Sebanyak 22 orang dipekerjakan dua shift yang bakal berdampak pada pendapatan separuh dari kondisi normal.

“Sejak PPKM diberlakukan oleh Pemerintah semua pekerja telah distirahatkan. Karena sama sekali tidak ada pemasukan. Kita yang dipelosok ini tidak seperti di Kota yang masih bisa melayani order melalui ojek online,”terangnya.

Di lokasi lain Ketua Forum Komunikasi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), Awanto Subaryono juga mengibarkan bendera putih. Para pelaku wisata disebutnya tidak tahu lagi harus berbuat apa untuk tetap bertahan hidup di tengah pandemi covid 19. Penutupan semua obyek wisata dikatakan Awanto telah membuat usaha mereka mati.

“Sudah satu bulan kami tidak mendapat penghasilan,”ppapanya.

Di satu sisi mereka harus tetap bertahan hidup. Bagi mereka yang yang memiliki lahan sementara beralih bercocok tanam ataupun menekuni profesi yang lain. Tetapi bagi mereka yang menggantungkan hidupnya hanya dari sektor pariwisata tentu harus memutar otak untuk tetap bertahan hidup.

Satu-satunya cara adalah dengan menjual aset yang mereka miliki. Bahkan penjualan aset mereka pun kini sudah tidak mampu lagi untuk membiayai hidup mereka. Sebagian besar dagangan merekapun kini sudah ludes untuk dikonsumsi sendiri. Awanto juga mengaku banyak mendapat keluhan dari pokdarwis-pokdarwis lain yang ada di Gunung Kidul. Mereka mengancam akan melakukan aksi turun ke jalan Jika pemerintah tidak memberikan solusi kepada para pelaku wisata.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *