Menggali Warisan Budaya: Seminar Wayang sebagai Sarana Pewarisan Tradisi dan Nilai Luhur

Nanishuka

0 Comment

Link
Image

Yogyakarta (kupass.com) – Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X sukses menggelar seminar bertema “Wayang sebagai Sarana Pewarisan Tradisi dan Nilai Luhur bagi Generasi Muda” di Benteng Vredeburg, Yogyakarta, pada 28 November 2024. Acara ini dihadiri lebih dari 70 peserta dari kalangan mahasiswa, akademisi, komunitas budaya, pegiat seni, hingga instansi terkait.

Menggali Warisan Budaya: Seminar Wayang sebagai Sarana Pewarisan Tradisi dan Nilai Luhur
Seminar Menggali Warisan Budaya: Seminar Wayang sebagai Sarana Pewarisan Tradisi dan Nilai Luhur

Seminar ini menjadi momen penting untuk merefleksikan perjalanan wayang sebagai warisan budaya dunia yang telah diakui UNESCO sejak 7 November 2003. Dalam perjalanannya, wayang terus berinovasi dan berkembang, menciptakan daya tarik baru bagi generasi muda.

Wayang: Media Edukasi dan Pewarisan Nilai Luhur

Wayang, dalam berbagai jenisnya seperti wayang kulit, wayang orang, hingga wayang kancil, tak sekadar hiburan. Cerita-cerita pewayangan sarat dengan pesan moral, nilai kemanusiaan, dan pelajaran hidup yang relevan untuk semua kalangan.

Wayang: Media Edukasi dan Pewarisan Nilai Luhur
Wayang: Media Edukasi dan Pewarisan Nilai Luhur

Mengikuti perkembangan zaman, seni wayang kini berkolaborasi dengan teknologi dan seni modern. Lahirnya genre baru seperti wayang santri dan wayang hip-hop menunjukkan adaptasi budaya yang kreatif. Bahkan, musik pengiringnya tidak lagi terbatas pada gamelan, tetapi juga melibatkan orkestra dan instrumen modern lainnya.

Tantangan Melestarikan Wayang untuk Generasi Muda

Seminar ini menghadirkan tiga pakar budaya ternama:

  1. Dr. Drs. Sukisno, M.Sn – Dosen Fakultas Seni Budaya dan Sastra UNY
  2. Faizal Noor Singgih, S.T.P – Redaktur Jogja TV
  3. Haryo Susilo Enthus Susmono – Dalang dan Ketua Dewan Pembina Kebudayaan Tegal

Faizal menyoroti pentingnya mendekatkan wayang kepada generasi muda di tengah stigma bahwa wayang adalah hiburan kuno. “Kita adalah pewaris budaya. Tugas kita adalah memastikan tradisi ini diteruskan kepada generasi berikutnya,” ungkapnya.

Sementara itu, Dr. Sukisno mengingatkan para peserta untuk berkontribusi, meski tidak sebagai praktisi. “Sebagaimana pesan Semar: mbegegek ugek-ugek sak dulita mel-mel—jika ingin makan, bergeraklah meski sedikit, jangan hanya berdiam diri,” katanya.

Pekan Intangible Cultural Heritage: Menyatukan Tradisi dan Inovasi

Seminar ini menjadi bagian dari rangkaian Pekan Intangible Cultural Heritage yang berlangsung sejak 23 November di Benteng Vredeburg. Selain seminar, acara ini menampilkan pameran, workshop, dan pertunjukan wayang kolaborasi yang memikat perhatian pengunjung.

Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X, Manggar Sari Ayuati, menyampaikan apresiasi kepada narasumber dan peserta. “Antusiasme peserta menjadi bukti bahwa generasi muda peduli terhadap pelestarian warisan budaya, termasuk wayang,” ujarnya.

Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, wayang siap menjadi jembatan pewarisan tradisi yang tetap relevan di era modern. Bagaimana cara Anda mendukung pelestarian wayang? Mari bergerak bersama untuk menjaga kekayaan budaya Indonesia.

Share:

Related Post

Tinggalkan komentar