Yogyakarta, Senin 3 Februari 2025 – Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, mengunjungi Museum Muhammadiyah di Yogyakarta dalam rangka peluncuran Zona Muhammadiyah Untuk Indonesia dan Persebarannya. Kunjungan ini menjadi momen bersejarah yang memperkuat peran Muhammadiyah dalam perkembangan budaya dan sejarah Indonesia.

Turut hadir jajaran Kementerian Kebudayaan, kepala Dinas Kebudayaan DIY dan kabupaten/kota, serta para tokoh Muhammadiyah. Dalam sambutannya, Fadli Zon mengenang pertemuannya dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah pada Muktamar 1990 di Yogyakarta, saat ia masih menjadi wartawan.
“Saya masih menyimpan koleksi majalah dan buku Muhammadiyah dari awal perintisannya, termasuk majalah Pantjaran Amal edisi pertama. Koleksi ini menjadi bagian dari perpustakaan pribadi saya,” ungkapnya.
Yogyakarta, Kota Museum dengan Warisan Budaya Kuat
Museum bukan sekadar tempat menyimpan artefak, melainkan jembatan antara generasi masa lalu, kini, dan mendatang. Yogyakarta pantas disebut sebagai ibukota kebudayaan dengan 42 museum, atau sekitar 10% dari total museum di Indonesia.
Menurut Fadli Zon, kehadiran Museum Muhammadiyah di Yogyakarta sangat strategis karena Muhammadiyah lahir dan berkembang di kota ini. Sebagai organisasi Islam terbesar dan tertua, Muhammadiyah telah menorehkan sejarah panjang dalam pendidikan, sosial, kesehatan, dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
“Muhammadiyah punya peran besar dalam membangun negeri, mulai dari perguruan tinggi, rumah sakit, hingga lembaga kemanusiaan seperti Muhammadiyah Disaster Management Centre (MDMC). Semua ini adalah bukti nyata kontribusi Muhammadiyah bagi bangsa,” jelasnya.
Budaya Indonesia, Mega Diversity yang Mendunia

Dalam pidatonya, Fadli Zon mengutip Pasal 32 UUD 1945 ayat 1, yang menegaskan bahwa negara harus memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia.
“Museum adalah tempat yang menghubungkan sejarah dan masa depan. Indonesia adalah salah satu peradaban tertua dengan mega diversity budaya, seperti yang terlihat dari situs prasejarah Sangiran dan NTT,” katanya.
Museum Muhammadiyah bukan sekadar tempat dokumentasi, melainkan inspirasi bagi generasi penerus untuk memahami perjuangan para tokoh Muhammadiyah. Dengan adanya museum ini, sejarah dan nilai perjuangan Muhammadiyah akan terus hidup dan memberi dampak positif bagi bangsa.

Nanishuka pegiat literasi dan penikmat sejarah. Menyukai traveling dan ketertarikan pada dunia inklusif
Tinggalkan komentar