Resmi Jadi Anggota Perguruan Silat, Seorang Pendekar Tunaikan Nadzar Jalan Kaki Puluhan Kilometer

Karangmojo, (kupass.com)–Seorang pemuda bernama Pastion Bion Setyawan (17) nekat berjalan kaki puluhan kilometer. Warga Padukuhan Ngelo, Kalurahan Petir, Kapanewon Rongkop itu menunaikan nadzarnya setelah diterima menjadi anggota resmi Perguruan Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT).

Ditengah panasnya terik matahari, pemuda yang akrab disapa Bion itu jalan kaki dari rumahnya ke Padukuhan Pangkah, Kalurahan Gedangrejo, Kapanewon Karangmojo. Kedatangannya disambut oleh para pendekar satu perguruan di Karangmojo yang menjadi tempat Sasana PSHT, Minggu (05/09/2021).

“Nadzar ini berawal dari keinginan saya menjadi anggota PSHT yang merupakan salah satu organisasi pencak silat terbesar di Indonesia. Tahun ini saya diwisuda dan resmi menjadi warga PSHT,”kata Bion.

Jarak yang dia tempuh dari kediamannya ke Sasana PSHT Karangmojo yakni sejauh 25 kilometer. Dia mengaku bahwa mengikuti latihan bersama perguruan yang lahir Kota Madiun itu sejak dua tahun yang lalu.

“Sampai di lokasi Ranting pun saya ditunggu saudara – saudara yanh lain. Saya disambut dengan penuh kehangatan,”tuturnya.

Sementara itu Ketua Ranting PSHT Sigit Heri Abadi menyampaikan apresiasi atas kegigihan Bion dalam menunaikan nadzarnya.

PSHT Gunungkidul
PSHT Gunungkidul

“Ajaran PSHT sendiri adalah mendidik manusia berbudi pekerti luhur tau benar dan salah. Untuk menjadi warga PSHT kurang lebih membutuhkan waktu 2 tahun dan harus mebyelesaikan semua jurus yang diajarkan,”terang Sigit.

Setelah menjadi warga sah nantinya Bion akan juga mengembangkan sejumlah ajaran dan jurus – jurus PSHT. Sigit berujar bahwa bela diri asli Indonesia tak terkecuali PSHT merupakan warisan leluhur bangsa, sehingga harus dijaga dan dilestarikan.

“Alhamdulillah lewat kegiatan di PSHT banyak generasi muda yang semakin cinta tanah air dan menjadikan pergaulan mereka positif. Sesuai dengan tujuannya yaitu mendidik manusia berbudi pekerti luhur tahu benar dan salah,”ujarnya.

Untuk mengantisipasi gesekan antar perguruan, Sigit menegaskan bahwa para anggotanya diberikan pemahaman tentang pentingnya mengutamakan perdamaian.
Belajar silat disebutnya bukan untuk mengadu kekuatan tetapi menjalin atau mencari sebuah persaudaraan.

“Semenjak PSHT masuk di Gunungkidul pada tahun 1996 Sampai saat ini aman tanpa ada suatu gesekan dengan perguruan lain. Terbukti dengan adanya event yanh diwadahi Ikatan Pencak Silat Idonesia (IPSI) selalu berjalan sportif dan lancar,”imbuhnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *