Punya Puluhan Jenis, Bapak Kolektor Tak Setuju Keris Dikaitkan Dengan Hal Mistis

Ponjong, (kupass.com)–Nama Eko Nur Bambang Wacana mungkin tak asing lagi bagi warga khususnya di Kapanewon Ponjong. Pria berusia 48 tahun itu merupakan salah satu kolektor keris di Gunungkidul. Eko merupakan warga Padukuhan Karang Ijo Wetan, Kalurahan Ponjong, Kapanewon Ponjong.

Pegiat seni dan budaya itu tak setuju jika keris atau orang biasa menyebut “Tosan Aji” dianggap merupakan benda mistis.

Ditemui di kediamannya, pria yang mengabdikan diri sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkup Pemerintah Kabupaten Gunungkidul itu bercerita. Keris disebutnya merupakan seni tempa logam yang telah diakui sebagai warisan dunia. Dia merasa tergugah lantaran mayoritas warga masyarakat mengganggap keris itu dianggap barang atau benda pusaka yang mistis.

“Fenomena di masyarakat keris persepsinya 80 persen dianggap begitu,”kata Bapak dua orang anak itu, Kamis (14/10/2021).

Diakuinya, Eko menjadi penggemar Tosan Aji itu sejak tahun 1987. Namun dia mengumpulkan banyak keris dan menjadi kolektor sejak 3 sampai 4 tahun belakangan ini.

“Ada sekitar 40 koleksi saya,”terangnya.

Selain menjadi kolektor, pria yang pernah menjadi Sekretaris Kalurahan Ponjong (Carik) itu menyalurkan hobinya menjadi bisnis yang menjanjikan. Menurutnya hobi yang dijadikan market tak dipungkirinya akan menambah dan membantu perekonomian.

“Keris nilainya harus kita jaga dan bukan jadi barang yang sakral.
Jika ada pasar market maka dapat meminimalisir penipuan di lapangan. Selain itu ini juga menepis anggapan bahwa keris itu kental dengan budaya perdukunan dan bersifat paranormal,”tegasnya.

Untuk meningkatkan nilai ekonomis, sebagai kolektor Eko juga membangun jaringan dan edukasi kepada para penggemar keris di wilayah Indonesia. Hal ini disebutnya akan menjadikan pasar market keris dapat berputar lebih luas.

“Jika ada market nanti ada standarisasi harga. Ini juga meminimalisir penipuan dan pembodohan karena kalau ke Paranormal keris yang harganya 50 ribu bisa jadi Rp 5 juta,”ucapnya.

Selain menjadi kolektor, Eko juga menyediakan aksesoris keris yang diperjual belikan untuk para penggemar. Seperti aksesoris jenis Warangka, dia berhasil menjualnya hingga ke luar pulau Jawa seperti Lampung, Medan bahkan Papua.

“Saya juga melayani (jual beli keris). Semuanya betul – betul buatan empu, asal usulnya sebagian warisan dan mencari sendiri,”katanya.

Terkait harga, menurutnua tidak ada patokan yang pasti. Namun untuk keris yang biasa dijualnya berkisar dengan harha mulai Rp 150 ribu, Rp 300 ribu hingga harga Rp 1 jutaan.

“Keris ada standar tak tertulis bagus atau tidak itu melihat kondisi barang,”terangnya.

Penulis : Anisa Nur Sakinah (Mahasiswa Staiyo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *